INDIGENEOUS
PSYCHOLOGY(psikologi pribumi)
Sekitar beberapa bulan lalu,
ketika saya baru pertama kali mendengar istilah Psikologi Pribumi (dalam
referensi asing disebut dengan Indigeneous Psychology), saya
belum dapat mencerna mengapa harus ada pembahasan terkait indigeneous
psychology dalam ranah psikologi konvensional. Jika saya menilik
dari Oxford Learner’s Dictionary, indigenous termasuk kata sifat yang
berarti belonging naturally to a place; native. Sementara psychology sendiri
berarti study of the mind and how it functions. Dalam banyak konferensi
psikologi nasional, Indigeneous Psychology sering dipadankan sebagai
Psikologi Pribumi.

Ilustrasi
Psikologi Pribumi
Ilmu psikologi yang sekarang
dipelajari secara luas oleh akademisi (dosen dan mahasiswa) dan masyarakat umum
memang berasal dari dunia barat. Kebanyakan dasar perilaku yang
melatarbelakangi sebuah teori juga terjadi dalam konteks barat. Bahkan sebuah
paradigma psikologi bisa juga berasal dari konteks kehidupan pribadi sang
peramu teori. Sebut saja Sigmund Freud dengan psikoanalisanya. Tentang
bagaimana pandangan Freud mengenai Oedipus Complex ataupun Electra
Complex yang berdasarkan pengalaman pribadinya. Kemudian ada Alfred Adler
dengan Inferiority Complex-nya dan karakteristik kepribadian dilihat
dari urutan kelahiran. Atau bahkan Jean Piaget dengan penelitian kognitif
jangka panjang dengan anaknya sendiri yang kemudian melahirkan teori kognitif
Piaget. Kemunculan teori dari pengalaman pribadi sang peneliti sering terjadi
dalam disiplin ilmu apa saja, termasuk psikologi. Dengan kata lain, timbul
paradoks antara psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang harus bisa berlaku
universal dan perilaku manusia (yang menjadi kajian dalam psikologi) yang
justru bersifat sangat individual dan khas.
Sebenarnya pertentangan itulah
yang membuat ilmu psikologi menjadi menarik. Psikologi mempelajari perilaku
makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna sekaligus paling misterius. Ilmu
fisika bisa menjelaskan konsep universal tentang energi dan gerak. Jika Anda
mengendarai mobil dari Jakarta ke Bandung, kemudian naik pesawat ke Surabaya,
kecepatannya tetap akan dihitung dengan rumus yang sama. Bahkan Fisika dan
Kimia bisa saja melakukan prediksi posisi atom (yang amat sangat kecil) dengan
mekanika kuantum. Sekalipun Einstein muncul dengan gagasan radikal mengenai
relativitas ruang dan waktu, manusia tetap mampu mengendalikan relativitas
benda di sekitarnya. Justru ketika hendak mempejari perilaku internal manusia
itu sendiri, timbul ke-relativitas-an yang luar biasa. Kemisteriusan perilaku
muncul karena manusia adalah makhluk yang berpikir dan bernurani. Oleh karena
itu ada peribahasa yang mengatakan bahwa “dalamnya samudera dapat diduga,
dalamnya hati manusia siapa yang tahu”.
Lalu mengapa bahasan mengenai Psikologi
Pribumi sangat diperlukan? Pertama, perilaku manusia tidak mungkin untuk
dilihat dari perspektif yang sama secara mutlak. Contoh sederhana: Psikologi
barat memperkenalkan istilah remaja dengan kondisi storm and stress-nya. Tapi
tak langsung semua remaja di dunia akan mengalami storm and stress juga.
Sang penggagas, G. Stanley Hall, bisa jadi menemukan konsep tersebut dari
kondisi anak-anak Amerika Serikat yang beranjak dewasa (diistilahkan dengan
“remaja”) pada awal abad ke-20. Globalisasi membuat konsep tersebut seakan
terjadi pada semua remaja. Tapi toh kondisi tersebut memang jamak terjadi di
kota besar. Remaja yang tinggal di pedesaan mungkin tidak mengalami “siksaan”
perubahan dari anak-anak menjadi dewasa. Mereka bisa saja langsung bekerja dan
menikah. Tidak seperti remaja di kota yang dituntut untuk belajar dan belajar,
padahal secara biologis mereka sudah “tertarik” pada lawan jenis. Jadi memang
harus ada sudut pandang “ke-pribumi-an” dalam konsep psikologi.
Alasan kedua adalah globalisasi
yang terjadi nyaris di seluruh belahan dunia. Kondisi ini juga menjadi sebuah
paradoks. Globalisasi (sebagai turunan kapitalisme) menginginkan penyeragaman
pada seluruh sendi kehidupan manusia di dunia. Tapi globalisasi dan teknologi (terutama
informasi) justru memberikan celah bagi siapa pun untuk membuat perubahan dan
perbedaan secara cepat. Sebagai contoh, semakin banyak komunitas indie
yang memiliki fokus pada berbagai hal. Lihat saja mulai dari komunitas distro,
musik dan hiburan, buku, hingga politik. Semakin banyak tumbuh mal di kota
besar dan semakin banyak usaha mandiri kreatif yang didirikan oleh kaum muda.
Atau lihat saja revolusi yang tejadi di Timur Tengah. Globalisasi dan teknologi
membuat para pemuda lebih mudah mengerahkan massa dan menyebarkan ide untuk
perubahan. Jadi, semakin globalisasi ingin membuat dunia terlihat seragam,
justru semakin banyak manusia yang ingin berbeda.
Pembahasan mengenai Psikologi
Pribumi di Indonesia juga berkelindan dengan pembahasan mengenai Islamic
Indigenous Psychology atau Psikologi Islami. Saya awalnya melihat
bahwa mempelajari Psikologi Islami seperti mempelajari metafisika. Pada Psikologi
Islami terdapat bahasan-bahasan sepeti astral (jiwa lepas dari tubuh)
ataupun clairvoyance (kemampuan mendapatkan informasi secara langsung dari
objek tertentu) menjadi hal-hal yang sulit untuk dipahami awam. Saya
meyakininya namun hal tersebut sulit untuk dibuktikan secara empiris. Sementara
salah satu syarat mutlak agar suatu bahasan bisa menjadi sebuah ilmu adalah
prinsip keterukuran (measurable) dan objektif.
saya melihat bahwa konsep
“keterukuran” dalam Psikologi Islami bisa terjadi dalam konteks yang
sangat individual, apalagi jika dikaitkan dalam hubungan manusia dengan Sang
Pencipta. Misalnya: Shalat adalah sarana bagi seorang muslim untuk bermunajat
kepada Sang Khalik sekaligus untuk mencegah kemungkaran. Tapi mengapa banyak
orang yang shalat tapi tetap melakukan kebohongan? Salah satu letak masalahnya
adalah ketika manusia menjadikan ibadah sebagai ritual, bukan ruh dari
kehidupan.
Psikologi Islami
sebenarnya sedang mencari metode terbaik dalam “mengilmiahkan” perilaku
manusia, yang tidak hanya dilihat dari perilaku secara kasat mata, tapi juga
bagaimana membuat manusia lebih dekat kepada Tuhan melalui perilakunya itu.
Dari definisi itu saja, paradigma Psikologi Islami jelas jauh berbeda
dari Psikologi Barat. Saya berharap bahasan dalam Psikologi Islami di
Indonesia tidak terjebak pada “mengukur kebaikan perilaku manusia” dari ritual
ibadah semata (seperti salat, dzikir) atau terjebak pada bahasan normatif saja.
Mungkin Psikologi Islami harus dikembangkan secara revolusioner, tidak
harus mengacu pada pengembangan ilmu ala barat, karena ada banyak fenomena
perilaku manusia terkait keberagamaan yang bersifat sangat khas dan individual.
Ada banyak fenomena spiritual yang mengubah perilaku manusia dan tidak dapat
dijelaskan oleh logika, tapi bisa dirasakan dengan hati. Jika masih berpijak
pada metode ala barat, fenomena tersebut hampir mustahil dapat dijabarkan.
Jadi, ada keharusan untuk merevolusi paradigma ilmu.
Nah, apakah Anda mulai melihat
ke mana arahnya Psikologi Pribumi dan Psikologi Islami ini? Sebenarnya ada
banyak kearifan lokal kebudayaan Indonesia yang menarik untuk dibahas dalam
konteks psikologi. Seperti contoh yang tadi telah saya kemukakan, Anda mungkin
bisa saja menganalisis kenakalan remaja di Makassar dengan “pisau” teori
universal Storm and Stress dari G. Stanley Hall. Namun Anda tidak bisa
melepaskan perilaku remaja tadi dari akar budaya setempat di mana mereka
tinggal dan menghabiskan waktu bermainnya. Bisa saja pada suatu saat di masa
depan, psikologi bak negara yang memiliki kekhasan sendiri di tiap-tiap
wilayah. Ada Psikologi untuk wilayah Asia, Psikologi Amerika, Psikologi Eropa,
Psikologi Australia, Psikologi Afrika, dan masih banyak lagi. Intinya, kita
mempelajari psikologi agar lebih menghargai perbedaan perilaku yang menjadi
KENISCAYAAN pada manusia. Bukan justru memaksakan orang lain agar
mengikuti apa yang kita yakini sebagai sebuah kebenaran. Biarlah orang lain
menemukan sendiri kebenaran bagi mereka, karena manusia adalah mahkluk paling
unik dan paling misterius yang diciptakan oleh Sang Khalik. Biarlah dunia
tersenyum melihat perbedaan yang ada di antara kita.
Titanium D-1.6 titanium dab nail for sale online at
BalasHapusTitanium D-1.6 titanium dab titanium curling iron nail 2018 ford ecosport titanium for titanium rod sale online titanium sponge at edge titanium www.titanium-arts.com.
ag986 louis vuitton outlet,louis vuitton outlet,louis vuitton outlet,louis vuitton outlet,louis vuitton outlet,louis vuitton outlet ht749
BalasHapus